PT BESTPROFIT FUTURES | BANDUNG: 5 Sektor bisnis yang tak terpengaruh dampak negatif kenaikan BBM 5 Sektor bisnis yang tak terpengaruh dampak negatif kenaikan BBM
<<<< SELAMAT DATANG DI BLOG PT.BESTPROFIT FUTURES CABANG BANDUNG >>>>

Senin, 24 Juni 2013

5 Sektor bisnis yang tak terpengaruh dampak negatif kenaikan BBM



SETELAH sekian lama menjadi wacana akhirnya pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pengumuman kenaikan harga BBM secara resmi disampaikan oleh Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik, Jumat (21/6) tepat pukul 22.00 di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
"Harga Premium menjadi Rp 6.500 per liter. Solar menjadi Rp 5.500 per liter. Mulai berlaku serentak di seluruh Indonesia pada Sabtu (22/6) pukul 00.00 WIB," ujarnya di Kemenko, Jakarta, Jumat (21/6).
Kenaikan harga BBM ini membuat kondisi perekonomian bergejolak. Bahkan, jauh sebelum pengumuman resmi, beberapa sektor sudah mulai menunjukkan tanda-tanda terkena dampak buruk dari kenaikan harga BBM. Salah satunya harga pangan yang mulai merangkak naik.
Beberapa sektor terkena dampak negatif dari kebijakan ini. Namun, ada beberapa sektor yang tidak terlalu terpengaruh dan tidak mengalami dampak negatif dari kebijakan kenaikan harga BBM. Berikut sektor-sektor yang dinilai tak terkena dampak negatif kenaikan BBM.
1. Pasar modal
Kenaikan harga BBM bersubsidi justru berdampak positif pada kinerja pasar modal di tengah kondisi lesunya ekonomi dunia saat ini. Investor lebih mendapat kepastian.
"Kenaikan BBM positif untuk pasar modal," ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di The Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (19/6).
BEI memang menunggu kepastian kenaikan harga BBM oleh pemerintah. Sebab, jika dibiarkan terlalu lama, justru berdampak negatif pada perdagangan saham di lantai bursa.
"Berlarutnya kenaikan harga BBM ini dapat mendorong adanya kekhawatiran dari pelaku pasar," jelas dia.
2. Ritel dan pusat belanja
Asosiasi Pusat Belanja Indonesia (APBI) menyatakan kenaikan harga BBM dipastikan tidak akan mengurangi pangsa pasar bagi pusat perbelanjaan dan pedagang ritel. Pasalnya, saat ini pusat perbelanjaan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat.
"Kan di awal tahun sudah ada kenaikan TDL, itu juga tidak menurunkan pengunjung, malah pengunjung semakin bertambah. Kenaikan BBM ini juga palingan tidak akan penurunan yang tajam," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, tingginya minat pengunjung membantu pengusaha pusat perbelanjaan dalam pengelolaan bisnisnya. Sebab, keuntungan yang didapat bisa digunakan untuk memperbaiki sektor infrastruktur yang dimilikinya.
3. Properti
Manajemen PT Intiland Development Tbk (DILD) menyatakan kenaikan BBM tidak berpengaruh besar pada kinerja perseroan ke depan. Menurut Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi DILD, Archied Noto Pradoni, selain kenaikan BBM, perseroan juga tidak khawatir dengan kenaikan suku bunga acuan BI.
Alasannya, sektor properti bergerak membidik pangsa pasar kelas menengah yang saat ini cukup kuat akan tekanan kondisi ekonomi dalam negeri.
"Kenaikan BBM hanya berdampak short time saja sehingga tidak terlalu berpengaruh," ujarnya usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Intiland Tower, Jakarta, Selasa (18/6).
Menurut Archied, masyarakat sudah mengetahui akan adanya kenaikan BBM dan BI Rate sehingga hal ini sudah diantisipasi baik oleh konsumen maupun pelaku usaha. Sedangan kenaikan harga penjualan, perseroan sudah rutin menaikkan harga setiap tahunnya.
4. Industri
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja industri. Hanya sedikit pengaruhnya ke distribusi, namun bisa dikendalikan.
Dari simulasi Kemenperin, kenaikan ongkos produksi akibat kenaikan BBM bersubsidi tidak sampai 2 persen dalam biaya distribusi. Kenaikan pun diperkirakan tidak akan lama.
"Sudah kita hitung palingan kenaikan hanya kira-kira 1,2 persen. Ini kenaikan memang ada dalam 2-3 minggu dan hanya sementara tapi nanti akan turun lagi," ujarnya usai acara Kadin di Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (18/6). Menurut Hidayat, kenaikan BBM hanya berdampak kecil terhadap biaya produksi.
Emiten tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mengaku kenaikan BBM subsidi tidak mempengaruhi kinerja operasional perseroan. Pasalnya, perusahaan ini mengaku sejak lama menggunakan BBM industri sesuai harga pasar dunia.
"Kami optimis tidak akan mengurangi produksi tekstil dan garmen walaupun BBM naik," ujar Direktur Utama SRIL, Iwan Setiawan saat konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, beberapa waktu lalu.
5. Transportasi
Kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi tentunya berdampak buruk di berbagai sektor. Namun, nyatanya tidak semua sektor mengalami kerugian pasca kenaikan BBM.
Perusahaan transportasi PT Eka Sar Lorena Transport Tbk menilai kenaikan BBM malah memberikan dampak positif bagi perusahaannya. Sebab, pasca kenaikan harga BBM masyarakat diprediksi akan beralih ke angkutan umum.


http://www.bestprofit-futures.info/

SETELAH sekian lama menjadi wacana akhirnya pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pengumuman kenaikan harga BBM secara resmi disampaikan oleh Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik, Jumat (21/6) tepat pukul 22.00 di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
"Harga Premium menjadi Rp 6.500 per liter. Solar menjadi Rp 5.500 per liter. Mulai berlaku serentak di seluruh Indonesia pada Sabtu (22/6) pukul 00.00 WIB," ujarnya di Kemenko, Jakarta, Jumat (21/6).
Kenaikan harga BBM ini membuat kondisi perekonomian bergejolak. Bahkan, jauh sebelum pengumuman resmi, beberapa sektor sudah mulai menunjukkan tanda-tanda terkena dampak buruk dari kenaikan harga BBM. Salah satunya harga pangan yang mulai merangkak naik.
Beberapa sektor terkena dampak negatif dari kebijakan ini. Namun, ada beberapa sektor yang tidak terlalu terpengaruh dan tidak mengalami dampak negatif dari kebijakan kenaikan harga BBM. Berikut sektor-sektor yang dinilai tak terkena dampak negatif kenaikan BBM.
1. Pasar modal
Kenaikan harga BBM bersubsidi justru berdampak positif pada kinerja pasar modal di tengah kondisi lesunya ekonomi dunia saat ini. Investor lebih mendapat kepastian.
"Kenaikan BBM positif untuk pasar modal," ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di The Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (19/6).
BEI memang menunggu kepastian kenaikan harga BBM oleh pemerintah. Sebab, jika dibiarkan terlalu lama, justru berdampak negatif pada perdagangan saham di lantai bursa.
"Berlarutnya kenaikan harga BBM ini dapat mendorong adanya kekhawatiran dari pelaku pasar," jelas dia.
2. Ritel dan pusat belanja
Asosiasi Pusat Belanja Indonesia (APBI) menyatakan kenaikan harga BBM dipastikan tidak akan mengurangi pangsa pasar bagi pusat perbelanjaan dan pedagang ritel. Pasalnya, saat ini pusat perbelanjaan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat.
"Kan di awal tahun sudah ada kenaikan TDL, itu juga tidak menurunkan pengunjung, malah pengunjung semakin bertambah. Kenaikan BBM ini juga palingan tidak akan penurunan yang tajam," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, tingginya minat pengunjung membantu pengusaha pusat perbelanjaan dalam pengelolaan bisnisnya. Sebab, keuntungan yang didapat bisa digunakan untuk memperbaiki sektor infrastruktur yang dimilikinya.
3. Properti
Manajemen PT Intiland Development Tbk (DILD) menyatakan kenaikan BBM tidak berpengaruh besar pada kinerja perseroan ke depan. Menurut Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi DILD, Archied Noto Pradoni, selain kenaikan BBM, perseroan juga tidak khawatir dengan kenaikan suku bunga acuan BI.
Alasannya, sektor properti bergerak membidik pangsa pasar kelas menengah yang saat ini cukup kuat akan tekanan kondisi ekonomi dalam negeri.
"Kenaikan BBM hanya berdampak short time saja sehingga tidak terlalu berpengaruh," ujarnya usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Intiland Tower, Jakarta, Selasa (18/6).
Menurut Archied, masyarakat sudah mengetahui akan adanya kenaikan BBM dan BI Rate sehingga hal ini sudah diantisipasi baik oleh konsumen maupun pelaku usaha. Sedangan kenaikan harga penjualan, perseroan sudah rutin menaikkan harga setiap tahunnya.
4. Industri
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja industri. Hanya sedikit pengaruhnya ke distribusi, namun bisa dikendalikan.
Dari simulasi Kemenperin, kenaikan ongkos produksi akibat kenaikan BBM bersubsidi tidak sampai 2 persen dalam biaya distribusi. Kenaikan pun diperkirakan tidak akan lama.
"Sudah kita hitung palingan kenaikan hanya kira-kira 1,2 persen. Ini kenaikan memang ada dalam 2-3 minggu dan hanya sementara tapi nanti akan turun lagi," ujarnya usai acara Kadin di Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (18/6). Menurut Hidayat, kenaikan BBM hanya berdampak kecil terhadap biaya produksi.
Emiten tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mengaku kenaikan BBM subsidi tidak mempengaruhi kinerja operasional perseroan. Pasalnya, perusahaan ini mengaku sejak lama menggunakan BBM industri sesuai harga pasar dunia.
"Kami optimis tidak akan mengurangi produksi tekstil dan garmen walaupun BBM naik," ujar Direktur Utama SRIL, Iwan Setiawan saat konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, beberapa waktu lalu.
5. Transportasi
Kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi tentunya berdampak buruk di berbagai sektor. Namun, nyatanya tidak semua sektor mengalami kerugian pasca kenaikan BBM.
Perusahaan transportasi PT Eka Sar Lorena Transport Tbk menilai kenaikan BBM malah memberikan dampak positif bagi perusahaannya. Sebab, pasca kenaikan harga BBM masyarakat diprediksi akan beralih ke angkutan umum.
- See more at: http://www.atjehpost.com/meukat_read/2013/06/23/56628/17/7/5-Sektor-bisnis-yang-tak-terpengaruh-dampak-negatif-kenaikan-BBM#sthash.SleSuTsH.dpuf
SETELAH sekian lama menjadi wacana akhirnya pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pengumuman kenaikan harga BBM secara resmi disampaikan oleh Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik, Jumat (21/6) tepat pukul 22.00 di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
"Harga Premium menjadi Rp 6.500 per liter. Solar menjadi Rp 5.500 per liter. Mulai berlaku serentak di seluruh Indonesia pada Sabtu (22/6) pukul 00.00 WIB," ujarnya di Kemenko, Jakarta, Jumat (21/6).
Kenaikan harga BBM ini membuat kondisi perekonomian bergejolak. Bahkan, jauh sebelum pengumuman resmi, beberapa sektor sudah mulai menunjukkan tanda-tanda terkena dampak buruk dari kenaikan harga BBM. Salah satunya harga pangan yang mulai merangkak naik.
Beberapa sektor terkena dampak negatif dari kebijakan ini. Namun, ada beberapa sektor yang tidak terlalu terpengaruh dan tidak mengalami dampak negatif dari kebijakan kenaikan harga BBM. Berikut sektor-sektor yang dinilai tak terkena dampak negatif kenaikan BBM.
1. Pasar modal
Kenaikan harga BBM bersubsidi justru berdampak positif pada kinerja pasar modal di tengah kondisi lesunya ekonomi dunia saat ini. Investor lebih mendapat kepastian.
"Kenaikan BBM positif untuk pasar modal," ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di The Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (19/6).
BEI memang menunggu kepastian kenaikan harga BBM oleh pemerintah. Sebab, jika dibiarkan terlalu lama, justru berdampak negatif pada perdagangan saham di lantai bursa.
"Berlarutnya kenaikan harga BBM ini dapat mendorong adanya kekhawatiran dari pelaku pasar," jelas dia.
2. Ritel dan pusat belanja
Asosiasi Pusat Belanja Indonesia (APBI) menyatakan kenaikan harga BBM dipastikan tidak akan mengurangi pangsa pasar bagi pusat perbelanjaan dan pedagang ritel. Pasalnya, saat ini pusat perbelanjaan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat.
"Kan di awal tahun sudah ada kenaikan TDL, itu juga tidak menurunkan pengunjung, malah pengunjung semakin bertambah. Kenaikan BBM ini juga palingan tidak akan penurunan yang tajam," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, tingginya minat pengunjung membantu pengusaha pusat perbelanjaan dalam pengelolaan bisnisnya. Sebab, keuntungan yang didapat bisa digunakan untuk memperbaiki sektor infrastruktur yang dimilikinya.
3. Properti
Manajemen PT Intiland Development Tbk (DILD) menyatakan kenaikan BBM tidak berpengaruh besar pada kinerja perseroan ke depan. Menurut Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi DILD, Archied Noto Pradoni, selain kenaikan BBM, perseroan juga tidak khawatir dengan kenaikan suku bunga acuan BI.
Alasannya, sektor properti bergerak membidik pangsa pasar kelas menengah yang saat ini cukup kuat akan tekanan kondisi ekonomi dalam negeri.
"Kenaikan BBM hanya berdampak short time saja sehingga tidak terlalu berpengaruh," ujarnya usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Intiland Tower, Jakarta, Selasa (18/6).
Menurut Archied, masyarakat sudah mengetahui akan adanya kenaikan BBM dan BI Rate sehingga hal ini sudah diantisipasi baik oleh konsumen maupun pelaku usaha. Sedangan kenaikan harga penjualan, perseroan sudah rutin menaikkan harga setiap tahunnya.
4. Industri
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja industri. Hanya sedikit pengaruhnya ke distribusi, namun bisa dikendalikan.
Dari simulasi Kemenperin, kenaikan ongkos produksi akibat kenaikan BBM bersubsidi tidak sampai 2 persen dalam biaya distribusi. Kenaikan pun diperkirakan tidak akan lama.
"Sudah kita hitung palingan kenaikan hanya kira-kira 1,2 persen. Ini kenaikan memang ada dalam 2-3 minggu dan hanya sementara tapi nanti akan turun lagi," ujarnya usai acara Kadin di Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (18/6). Menurut Hidayat, kenaikan BBM hanya berdampak kecil terhadap biaya produksi.
Emiten tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mengaku kenaikan BBM subsidi tidak mempengaruhi kinerja operasional perseroan. Pasalnya, perusahaan ini mengaku sejak lama menggunakan BBM industri sesuai harga pasar dunia.
"Kami optimis tidak akan mengurangi produksi tekstil dan garmen walaupun BBM naik," ujar Direktur Utama SRIL, Iwan Setiawan saat konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, beberapa waktu lalu.
5. Transportasi
Kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi tentunya berdampak buruk di berbagai sektor. Namun, nyatanya tidak semua sektor mengalami kerugian pasca kenaikan BBM.
Perusahaan transportasi PT Eka Sar Lorena Transport Tbk menilai kenaikan BBM malah memberikan dampak positif bagi perusahaannya. Sebab, pasca kenaikan harga BBM masyarakat diprediksi akan beralih ke angkutan umum.
- See more at: http://www.atjehpost.com/meukat_read/2013/06/23/56628/17/7/5-Sektor-bisnis-yang-tak-terpengaruh-dampak-negatif-kenaikan-BBM#sthash.SleSuTsH.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...